Sejarah Yayasan Al Ittihad

Bapak Al-Ittihad

Bapak Al-Ittihad

B. Sejarah Yayasan Al Ittihad

Yayasan Al-Ittihad didirikan dan dibiayai oleh H. Rusydi pada tahun 1979. H. Rusydi adalah seorang petani sukses-kaya, dermawan, dan sangat peduli terhadap keagamaan dan pendidikan. Sebelum mendirikan Yayasan Al-Ittihad, H. Rusydi telah mendirikan beberapa sekolah dan masjid di beberapa desa bersama masyarakat di daerah yang bersangkutan.

Pada tahun 1978, beliau mengumpulkan tiga putra-putrinya dan beberapa keluarga serta mengundang tokoh-tokoh masyarakat desa Belung dan kecamatan Poncokusumo. H. Rusydi menyampaikan cita-citanya untuk mengembangkan keagamaan dan pendidikan di kecamatan Poncokusumo dengan mendirikan Yayasan Al-Ittihad. Cita-cita itu disambut dengan gembira dan semangat, apalagi di kecamatan Poncokusumo belum ada sekolah tingkat lanjut yang bernafaskan Islam. Pada 1979 berdirilah Yayasan Al-Ittihad dengan satu unit sekolah formal, Madrasah Tsanawiyah Al-Ittihad. Ahmad Nawawi sebagai kepala Madrasah Tsanawiyah yang pertama.

Pengurus yayasan memikirkan kelanjutan siswa setelah tingkat tsanawiyah, maka hampir tiga tahun kemudian, yakni tahun 1982, Yayasan Al-Ittihad mendirikan Madrasah Aliyah Al-Ittihad, dan Moh. Amin sebagai Kepala Madrasah Aliyah yang pertama. Untuk menunjang kegiatan ini, didirikan pula asrama untuk siswa-siswinya. Asrama inilah cikal bakal pondok pesantren Al-Ittihad.

Sebagian masyarakat sekitar banyak kurang beruntung dalam hal ekonomi, namun bersemangat tinggi dalam pendidikan. Merespons hal itu, H. Rusydi bersama pengurus mendirikan panti asuhan yatim piatu dan anak keluarga tidak mampu. Pada tahun 1987, berdirilah Panti Asuhan Al-Ikhlas.

Perkembangan Yayasan Al-Ittihad semakin pesat. Hal ini ditandai dengan terus meningkatnya jumlah siswa, baik di MTs dan MA Al-Ittihad. Tentu saja, hal tersebut berimbas positif terhadap asrama Al-Ittihad, termasuk Panti Asuhan Al-Ikhlas. Maka, pada tahun 1989, dengan restu semua pihak K.H. Abdullah Hasan selaku pengasuh, pengurus, sekaligus putra H. Rusydi mendeklarasikan berdirinya Pondok Pesantren Putri Al-Ittihad (saat itu bernama: Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadien). Deklarasi tersebut dilakukan pada saat upacara bendera hari Senin. Pada saat deklarasi tersebut, K.H. Abdullah Hasan yang termasuk santri kesayangan Mbah Kyai Mahrus Lirboyo Kediri ini menyampaikan bahwa Pondok Pesantren ini akan berafiliasi pada Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi’in/Mubtadi’at Lirboyo Kediri. Tentu saja, deklarasi itu didahului dengan pertemuan-pertemuan antarpengurus dan sejumlah tokoh masyarakat.

Untuk menunjang keberhasilan program pesantren, H. Rusydi bersama putranya, K.H. Abdullah Hasan sowan ke pesantren-pesantren besar di Jawa Timur guna mencari guru pondok. Beliau berdua mendatangkan ustadz-ustadzat dari pesantren-pesantren dari seputar Malang, Lirboyo hingga Bangil-Pasuruan. Ustadz-ustad tersebut bertugas membantu Pengasuh (K.H. Abdullah Hasan) dan pengurus Yayasan Al-Ittihad mengembangkan pendidikan pesantren Al-Ittihad. Saat ini, ponpes Al-Ittihad telah berkembang dengan baik, telah menjadi mitra masyarakat. Mereka berperan aktif dalam pembenahan, perbaikan, dan pendidikan masyarakat sekitarnya.

Adapun pondok pesantren Al-Ittihad putra, yang bermula dari Panti Asuhan Al-Ikhlas dan siswa sekolah formal yang diasramakan dengan pengajian terbatas pada seputar Al-Qur’an dan tajwid, baru dideklarasikan sebagai pesantren selang beberapa tahun dari pondok putri.

Istilah asrama berlangsung hingga tahun 1991. Seiring makin bertambahnya anak-anak asrama, KH. Abdullah Hasan selaku pengasuh memandang perlu mendatangkan guru asrama yang membantunya menangani anak-anak. Terlebih lagi guru yang ada silih berganti karena berkeluarga; Handoyo, BA digantikan oleh Drs. Rudi Joko Sampurno (M. Ali MAkky) yang menghuni asrama kurang dari satu tahun karena segera berkeluarga pula.

27 Desember 1990, pengasuh membawa serta seorang alumni PP. Al-Khoirot Gondanglegi (kini masuk Kec. Pagelaran) untuk ‘diasramakan’ bersama Drs. Rudi Joko Sampurno yang – sekitar 4 bulan kemudian – beliau menikah. Untuk membantu guru asrama yang masih baru serta menggantikan Drs. Rudi JS, maka beberapa bulan kemudian pengasuh mendatangkan ustadz dari PPS. Pasuruan, Ustadz Syuaib, hanya bertahan satu minggu. Kemudian dimintakan gantinya dan didapatkan Ustadz Masykur Hafidz.

Semenjak saat itu sistem pengajian dibenahi sesuai tradisi pesantren dan dibagi menjadi 2 kelas diniyah bernama MID Hidayatul Mubtadiien. Penghuni asrama semakin bertambah-tambah seiring pendeklarasiannya sebagai Pondok Pesantren Al-Ittihad. Th. 1996, KH. Abdullah Hasan memberikan mandat untuk membantu mengasuh pondok putra kepada Ustadz Masykur Hafidh.

Saat ini, Yayasan Al-Ittihad, terutama MTs dan MA Al-Ittihad merupakan salah satu sekolah terbaik di tingkat Jatim. Berbagai prestasi telah diraih, baik dalam kegiatan kesiswaan, pendidikan, maupun tingkat sekolah. Status DISAMAKAN telah lama disandang, dan berlanjut pada status terakreditasi “A”.

H. Rusdi, bapak Al Ittihad, telah dipanggil Allah SWT pada 19 Januari 2006. Yayasan Al-Ittihad tidak hanya kehilangan sosok/figur, tetapi juga donatur utama. Untuk melanjutkan cita-cita beliau, istri H. Rusdi, yakni Hj. Rukayah dengan ghirah juangnya meneruskan pembangunan Al-Ittihad. Pada tahun 2007, Hj. Ruqayah bersama pengurus dan putra-putrinya mendirikan Yayasan Wakaf. Yayasan Wakaf ini didirikan dengan maksud awal mewakafkan sebagian harta H.Rusdi-Hj. Ruqayah untuk kelanjutan Yayasan Al-Ittihad. Hj. Ruqayah selaku waqif, menunjuk K.H. Abdullah Hasan sebagai pengurus Yayasan Wakaf (nadhir) yang diberi nama Yayasan Wakaf Sabilul Khoirot. Yayasan ini terus berusaha maju mengembangkan pendidikan dan keagamaan (Islam).[]

Satu Tanggapan

  1. i like it,,!!^^

Tinggalkan Balasan ke dewi Batalkan balasan